A.
Edward Lee Thorndike
1.
Teori Belajar Menurut Edward Lee Thorndike
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya
asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S)
dengan respon (R). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal
yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat,
sedangkan respon adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya
perangsang. Eksperimen Thorndike ini
menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar. Dari
eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) diketahui
bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya
kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui usaha-usaha atau percobaan-percobaan
(trials) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar
dari belajar adalah “trial and error learning atau selecting and connecting
learning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu teori
belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar
koneksionisme atau teori asosiasi. Percobaan
Thorndike yang terkenal dengan binatang kucing yang telah dilaparkan dan
diletakkan di dalam sangkar yang tertutup dan pintunya dapat dibuka secara
otomatis apabila kenop yang terletak di dalam sangkar tersebut tersentuh.
Percobaan tersebut menghasilkan teori “trial and
error” atau “selecting and conecting”, yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan
cara mencoba-coba dan membuat salah. Dalam melaksanakan coba-coba ini, kucing
tersebut cenderung untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak mempunyai
hasil. Setiap respons menimbulkan stimulus yang baru, selanjutnya stimulus baru
ini akan menimbulkan respons lagi, demikian selanjutnya, sehingga dapat
digambarkan sebagai berikut: S R S1 R1 dst.
Dalam percobaan tersebut apabila di luar sangkar diletakkan
makanan, maka kucing berusaha untuk mencapainya dengan cara meloncat-loncat
kian kemari. Dengan tidak tersengaja kucing telah menyentuh kenop, maka
terbukalah pintu sangkar tersebut, dan kucing segera lari ke tempat makan.
Percobaan ini diulangi untuk beberapa kali, dan setelah kurang lebih 10 sampai
dengan 12 kali, kucing baru dapat dengan sengaja menyentuh kenop tersebut
apabila di luar diletakkan makanan.
Adapun beberapa ciri – ciri belajar
menurut Thorndike, antara lain :
1) Ada motif pendorong aktivitas
2) Ada berbagai respon terhadap sesuatu.
3) Ada aliminasi respon-respon yang
gagal atau salah
4) Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai
tujuan dari penelitiannya itu.
Kemudian menurut Thorndike praktek pendidikan harus dipelajari seara
ilmiah. Praktek pendidikan harus dihubungkan dengan proses belajar. Menurutnya
mengajar yang baik adalah tahu apa yang hendak diajarkan, artinya tahu materi
apa yang akan diberikan, respon apa yang akan diharapkan dan kapan harus
memberi hadiah/reward. Ada beberapa aturan yang di buat Thorndike berkenaan dengan pengajaran,
yaitu:
1)
Perhatikan situasi
murid.
2)
Perhatikan respon apa
yang diharapkan dari respon tersebut.
3)
Ciptakan hubungan
respon tersebut dengan sengaja, jangan mengharapkan hubungan terjadi dengan
sendirinya.
4)
Situasi-situasi lain yang sama
jaangan diindahkan sekiranya dapat memutuskan hubungan tersebut.
5)
Bila hendak menciptakan
hubungan tertentu jangan membuat hubungan – hubungan lain yang sejenis.
6)
Buat hubungan tersebut
sedemikian rupa hingga dapat perbuatan nyata.
7)
Ciptakan suasana belajar
sedemikian rupa sehingga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Kelebihan dan Kekurangan Teori Edward Lee
Thorndike
1) Kelebihan
Dengan sering melakukan
pengulangan dalam memecahkan suatu permasalahan, anak didik akan memiliki
sebuah pengalaman yang berharga. Selain itu dengan adanya sistem
pemberian hadiah, akan membuat anak didik menjadi lebih memiliki kemauan
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
2) Kekurangan
a. Terlalu memandang manusia sebagai mekanismus dan otomatisme belaka
disamakan dengan hewan. Meskipun banyak tingkah laku manusia yang otomatis,
tetapi tidak selalu bahwa tingkah laku manusia itu dapat dipengaruhi secara
trial and error. Trial and error tidak berlaku mutlak bagi manusia.
b. Memandang belajar hanya merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan
respon. Sehingga yang dipentingkan dalam belajar ialah memperkuat asosiasi
tersebut dengan latihan-latihan, atau ulangan-ulangan yang terus menerus.
c. Karena belajar berlangsung secara mekanistis, maka pengertian tidak
dipandangnya sebagai suatu yang pokok dalam belajar. Mereka mengabaikan
pengertian sebagai unsur yang pokok dalam belajar
d. Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan
kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi,
bereksperimentasi dan mengembangkan
kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis
dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin
atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan
potensi yang ada pada diri mereka.
3.
Jika Teori Thorndike Diimplementasikan Dalam
Pendidikan di Indonesia
a.
Guru harus tahu apa
yang akan diajarkan, materi apa yang harus diberikan, respon apa yang
diharapkan, kapan harus memberi hadiah atau membetulkan respon. Oleh karena itu
tujuan pendidikan harus dirumuskan dengan jelas.
b.
Tujuan pendidikan harus
masih dalam batas kemampuan belajar peserta didik. Dan terbagi dalam unit-unit
sedemikian rupa sehingga guru dapat menerapkan menurut bermacam-macam situasi.
c.
Agar peserta didik
dapat mengikuti pelajaran, proses belajar harus bertahap dari yang sederhana
sampai yang kompleks.
d.
Dalam belajar motivasi
tidak begitu penting karena yang terpenting adalah adanya respon yang benar
terhadap stimulus.
e.
Peserta didik yang
telah belajar dengan baik harus diberi hadiah dan bila belum baik harus segera
diperbaiki.
f.
Situasi belajar harus
dibuat menyenangkan dan mirip dengan kehidupan dalam masyarakat.
g.
Materi pelajaran harus
bermanfaat bagi peserta didik untuk kehidupan anak kelak setelah keluar dari
sekolah.
h.
Pelajaran yang sulit,
yang melebihi kemampuan anak tidak akan meningkatkan kemampuan
penalarannya.
B.
Lev Semyonovich
Vygotsky (Vygotsky)
1.
Teori Belajar Menurut Vygotsky
Vygotsky lebih menekankan pada peran aspek sosial dalam
pengembangan intelektual atau kognitif anak. Vygotsky memandang bahwa kognitif
anak berkembang melalui interaksi sosial anak
mengalami interaksi dengan orang yang lebih tahu.
Secara singkat, teori perkembangan sosial berpendapat bahwa
interaksi sosial dengan budaya mendahului. Maksudnya dari relasi dengan budaya
membuat seorang anak mengalami kesadaran dan perkembangan kognisi. Jadi intinya
Vygotsky memusatkan perhatiannya pada hubungan dialektik antara individu dan
masyarakat dalam pembentukan pengetahuan. Pengetahuan terbentuk sebagai akibat
dari interaksi sosial dan budaya seorang anak. Pengetahuan
tersebut terbagi menjadi dua bentuk, yaitu pengetahuan spontan dan pengetahuan
ilmiah. Pengetahuan spontan mempunyai sifat lebih kurang teridentifikasi secara
jelas, tidak logis, dan sistematis. Sedangkan pengetahuan ilmiah sebuah
pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal dan sifatnya lebih luas,
logis, dan sistematis. Kemudian proses belajar adalah sebuah perkembangan dari
pengertian spontan menuju pengertian yang lebih ilmiah.
Vygotsky menekankan bahwa anak-anak secara aktif menyusun pengetahuan
mereka. Akan tetapi menurut Vygotsky, fungsi-fungsi mental memiliki
koneksi-koneksi sosial. Vygotsky berpendapat bahwa anak-anak mengembangkan
konsep-konsep lebih sistematis, logis, dan rasional sebagai akibat dari percakapan
dengan seorang penolong yang ahli.
1)
Konsep Zona
Perkembangan Proksimal (ZPD)
Zona Perkembangan
Proksimal adalah istilah Vygotsky untuk rangkaian tugas yang terlalu sulit
dikuasai anak seorang diri tetapi dapat diipelajari dengan bantuan dan
bimbingan orang dewasa atau anak-anak yang terlatih. Menurut teori Vygotsky,
Zona Perkembangan Proksimal merupakan celah antara actual development dan
potensial development, dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan
sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan
sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya. Batas
bawah dari ZPD adalah tingkat keahlian yang dimiliki anak yang bekerja secara
mandiri. Batas atas adalah tingkat tanggung jawab tambahan yang dapat diterima
oleh anak dengan bantuan seorang instruktur. Maksud dari ZPD adalah
menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan dapat memudahkan perkembangan
anak.
2)
Konsep Scaffolding
Scaffolding ialah
perubahan tingkat dukungan. Scaffolding adalah istilah terkait perkembangan
kognitif yang digunakan Vygotsky untuk mendeskripsikan perubahan dukungan
selama sesi pembelajaran, dimana orang yang lebih terampil mengubah bimbingan
sesuai tingkat kemampuan anak.Dialog adalah alat yang penting dalam ZPD.
Vygotsky memandang anak-anak kaya konsep tetapi tidak sistematis, acak, dan
spontan. Dalam dialog, konsep-konsep tersebut dapat dipertemukan dengan
bimbingan yang sistematis, logis dan rasional.
3)
Bahasa dan Pemikiran
Menurut Vygotsky, anak
menggunakan pembicaraan bukan saja untuk komunikasi sosial, tetapi juga untuk
membantu mereka menyelesaikan tugas. Lebih jauh Vygotsky yakin bahwa anak pada
usia dini menggunakan bahasa unuk merencanakan, membimbing, dan memonitor
perilaku mereka. Vygotsky mengatakan bahwa bahasa dan pikiran pada awalnya
berkembang terpisah dan kemudian menyatu. Anak harus menggunakan bahasa untuk
berkomunikasi dengan orang lain sebelum mereka dapat memfokuskan ke dalam
pikiran-pikiran mereka sendiri. Anak juga harus berkomunikasi secara eksternal
dan menggunakan bahasa untuk jangka waktu yang lama sebelum mereka membuat
transisi dari kemampuan bicara ekternal menjadi internal.
2.
Kelebihan dan Kekurangan Teori Vygotsky
1)
Kelebihan Teori Vygotsky
a.
Berpikir. Dalam proses membina pengetahuan baru,
murid berpikir untuk menyelesaikan masalah, mencari ide dan membuat keputusan.
b.
Paham. Oleh kerana murid terlibat secara
langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan boleh
mengaplikasikannya dalam semua situasi.
c.
Ingat. Oleh karena murid terlibat secara
langsung dengan aktif, mereka akan mengingat lebih lama semua konsep yang telah
mereka pelajari. Melalui pendekatan ini murid membina sendiri kepahaman mereka.
Dengan ini, mereka akan lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam
situasi baru.
d.
Kemahiran sosial. Kemahiran sosial diperoleh
apabila berinteraksi dengan rekan dan guru dalam membina pengetahuan baru.
e.
Senang. Oleh karena mereka terlibat secara
terus-menerus, mereka paham, ingat , yakin, dan berinteraksi dengan sehat, maka
mereka akan merasa lebih senang belajar dalam membina pengetahuan baru.
2) Kekurangan teori Vygotsky
a. Dapat dilihat bahwa dalam proses pembelajarannya, peran guru sebagai
pendidik sepertinya kurang begitu mendukung.
b. Cakupan makna yang dipelajari menjadi lebih luas dan sulit untuk dipahami.
c. Kesadaran
terlihat dalam suatu cara yang intelektualistis. Tidak ada tempat untuk emosi
dan motivasi.
d. Generalisasi
dari proses perkembangan terbatas pada fungsi-fungsi interaksi dan komunikasi
verbal. Inilah sebabnya maka Vygotsky disebut seorang idealis.
e. Kurangnya
data empiris yang menyokong hipotesisnya. Psikologi anak yang mutakhir di Rusia
mencoba mengatasi kekurangan-kekurangan ini.
3.
Jika Teori Vygotsky Diimplementasikan Dalam
Pendidikan Di Indonesia
Jika diimplementasikan di Indonesia, teori
Vygotsky ini menuntut pada penekanan interaksi antara
peserta didik dan tugas-tugas belajar. Mengedepankan suatu proses belajar
dimana siswa lebih berperan aktif. Dengan demikian peran guru lebih bergeser
lebih menjadi fasilitator konstruksi siswa menggunakan
zone of proximal development. Dengan penyesuaian terus menerus banyak
menggunakan teman sebaya sebagai guru. Artinya bahwa memang bukan hanya orang
dewasa yang mampu membantu seorang anak dalam perkembangan kognitifnya. Karena faktanya
memang bahasa teman sebaya lebih mudah untuk dipahami dalam interaksinya.
C. Ivan Petrovich Pavlov
1. Teori Belajar Menurut Ivan Pavlov
Penemuan Pavlov yang sangat menetukan dalam sejarah psikologi
adalah hasil penyelidikannya tentang refleks berkondisi (conditioned reflex).
Dengan penemuannya ini Pavlov meletakkan dasar-dasar behaviorisme, sekaligus
meletakkan dasar-dasar bagi penelitian-penelitian mengenai proses belajar dan
pengembangan teori-teori tentang belajar.
Adapun jalannya eksperimen tentang refleks
berkondisi yang dilakukan Pavlov adalah sebagai berikut :
Pavlov menggunakan seekor anjing sebagai binatang percobaan. Anjing
itu diikat dan dioperasi pada bagian rahangnya sedemikian rupa, sehingga
tiap-tiap air liur yang keluar dapat ditampung dan diukur jumlahnya. Pavlov
kemudian menekan sebuah tombol dan keluarlah semangkuk makanan di hadapan
anjing percobaan. Sebagai reaksi atas munculnya makanan, anjing itu
mengeluarkan air liur yang dapat terlihat dengan jelas pada alat pengukur.
Makanan yang keluar disebut sebagai rangsangan tak berkondisi (unconditional
stimulus) dan aiu liur yang keluar setelah anjing melihat makanan disebut
reflek tak berkondisi (unconditioned reflek), karena setiap anjing akan
melakukan reflek yang sama (mengeluarkan air liur) kalau melihat rangsangan
yang sama pula (makanan). Kemudian dalam percobaan selanjutnya Pavlov
membunyikan sebuah bel setiap kali ia hendak mengeluarkan makan. Dengan
demikian anjing akan mendengar bel dahulu sebelum ia melihat makanan muncul di
depannya. Percobaan ini dilakukan berkali-kali dan selama itu keluarnya air
liur selalu diamati. Mula-mula air liur hanya keluar setelah anjing melihat
makanan (refleks tak terkondisi), tetapi lama kelamaan aiu liur sudah keluar
pada waktu anjing baru mendengar bel. Keluarnya air liur setelah anjing
mendengar bel disebut sebagai reflek berkondisi (conditioned reflex), karena
reflek itu merupakan hasil latihan yang terus menerus dan hanya anjing yang
sudah mendapat latihan itu saja yang dapat melakukannya. Bunyi bel merupakan
rangsang berkondisi (conditioned stimulus). Kalau latihan itu diteruskan, maka
pada waktu keluarnya aiu liur setelah anjing mendengar bunyi bel akan tetap
terjadi walaupun tidak ada lagi makanan yang mengikuti bunyi bel itu. Dengan
kata lain, refleks berkondisi akan bertahan walaupun rangsang tak berkondisi
tidak ada lagi. Pada tingkat yang lebih lanjut, bunyi bel didahului oleh sebuah
lampu yang menyala, maka lama kelamaan aiu liur sudah keluar setelah anjing
melihat nyala lampu walaupun ia tidak mendengar bel atau melihat makanan
sesudahnya. Demikian satu rangsang berkondisi dapat dihubungkan dengan rangsang
berkondisi lainnya sehingga binatang percobaan tetap dapat mempertahankan
refleks berkondisi walaupun rangsang tak berkondisi tidak lagi diberikan. Tentu
saja tidak adanya rangsang tak berkondisi hanya bisa dilakukan sampai pada
taraf tertentu, karena kalau terlalu lama tidak ada rangsang tak berkondisi,
binatang percobaan itu tidak akan mendapat imbalan (reward) atas refleks yang
sudah dilakukannya dan karena itu redleks itu makin lama akan makin menghilang
dan terjadilah ekstinksi atau proses penghapusan refleks (extiction).
2. Kelebihan dan Kekurangan Teori Ivan Pavlov
1) Kelebihan
a. Teori ini cocok untuk pembelajaran praktek dan pembiasaan. Teori ini butuh
pendampingan dalam pelaksanaannya.
b.
Di
saat individu tidak menyadari
bahwa ia dikendalikan oleh stimulus
yang berasal dari luar dirinya, akan
memudahkan pendidik dalam melakukan pembelajaran
terhadap anak didik tersebut.
2) Kekurangan
a. Teori ini kurang
memperhatikan stimulus dari luar.
b. Jika
ini dilakukan secara terus-menerus maka ditakutkan
murid akan memiliki rasa ketergantungan atas stimulus yang berasal
dari luar dirinya. Padahal seharusnya anak didik harus memiliki stimulus dari
dirinya sendiri dalam melakukan kegiatan belajar dan kegiatan pemahaman.
c. Tanpa
adanya sistem hukuman akan dimungkinkan
akan dapat membuat anak didik menjadi
kurang mengerti tentang sebuah
kedisiplinan. hal tersebuat akan
menyulitkan lancarnya kegiatan
belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery
learning, tugas guru akan menjadi semakin berat.
3. Jika Teori Ivan Pavlov Diimplementasikan Dalam Pendidikan di Indonesia
Jika
diimplementasikan teori ini di Indonesia, karena dengan adanya stimulus berupa hadiah (reward) yang diberikan kepada
peserta didik dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, sehingga siswa lebih
tertarik pada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh ,
tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi
serta mengendalikan perhatianya terutama pada guru, selalu mengingat pelajaran
dan mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol oleh
lingkungan. Contohnya yaitu pada awal tatap muka
antara guru dan murid dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru menunjukkan
sikap yang ramah dan memberi pujian terhadap murid-muridnya, sehingga para
murid merasa terkesan dengan sikap yang ditunjukkan gurunya.
D. Burrhus
Frederic Skinner
1. Teori Belajar Menurut B.F. Skinner
Teori
ini dilandasi oleh adanya penguatan (reinforcement). Berbeda dengan Pavlov yang diberi kondisi adalah
stimulus (S) nya, maka pada teori ini yang diberi
adalah respon (R) nya. Sebagai seorang behavioris,
kemunculan Skinner mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana dan lebih komprehensif.
Objek penelitiannya, yaitu seekor tikus dan burung merpati.
Skinner
lebih percaya kepada kepada penguatan negatif (negative reinforcement). Penguat negatif tidak sama dengan hukuman.
Bedanya, jika hukuman harus diberikan sebagai stimulus agar respon yang timbul
berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif dari stimulus
harus dikurangi agar respon yang sama menjadi lebih kuat. Misalnya, jika
sesuatu yang kurang disukai siswa
2. Kelebihan dan Kekurangan Teori Skinner
1) Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak
didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu
didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan
akan meminimalkan terjadinya kesalahan.
2) Kekurangan
Tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat
anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat
akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan
mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat. Beberapa
kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman
sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman
yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya
anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan.
Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan,
cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.
3. Jika Teori Skinner diimplementasikan dalam pendidikan di Indonesia
Implementasi teori Skinner dalam pendidikan di
Indonesia
1)
Bahan yang dipelajari dianalisis
sampai pada unit-unit secara organis.
2)
Hasil berlajar harus segera diberitahukan
kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
3)
Proses belajar harus mengikuti irama
dari yang belajar.
4)
Materi pelajaran digunakan sistem
modul.
5)
Tes lebih ditekankan untuk
kepentingan diagnostik.
6)
Dalam proses pembelajaran lebih
dipentingkan aktivitas sendiri.
7)
Tingkah laku yang diinginkan,
dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.
8)
Melaksanakan mastery learning
yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena
tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu
yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.
Misalkan
dalam pembelajaran matematika, Seorang siswa diberi soal sederhana dan siswa dapat
menyelesaikannya sendiri. Guru memuji siswa karena telah berhasil menyelesaikan
soal tersebut. Dengan peristiwa ini siswa merasa yakin atas kemampuannya,
sehingga timbul respon mempelajari pelajaran berikutnya yang sesuai atau
lanjutan apa yang dapat dia selesaikan tadi. Selanjutnya dikatakan bahwa pada
umumnya stimulus yang demikian pada umumnya mendahului respon yang ditimbulkan.
Belajar dengan respondent conditioning ini hanya efektif jika suatu
respon timbul karena kehadiran stimulus tertentu.
E. Edwin Guthrie
1. Teori Belajar menurut Edwin Guthrie
Hukum belajar yang dihasilkan dari
penyelidikannya adalah Law Of Contiguity atau hukum hubungan. Gabungan
stimulus-stimulus yang disertai dengan gerakan, pada waktu timbul akan
cenderung diikuti gerakan yang sama. Guthrie juga menggunakan variabel hubungan
stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar
terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus
sedangkan pada saat yang sama tidak ada respon lain yang dapat terjadi.
Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang
dengan jalan mencegah perolehan respon baru.
Hubungan antara stimulus dan respon
bersifat sementara. Oleh karena itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu
sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan antara S dengan R bersifat lebih
kuat dan menetap. Guthrie berbeda dengan ahli lain yang melihat faktor
punishment, hukuman, memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman
yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku sesorang.
Saran utama dari teori ini guru harus mampu mengasosiasi stimulus-respon secara
tepat. Siswa harus dibimbing melakukan apa-apa yang perlu dipelajari, jangan
mengabaikan siswa.
2. Kelebihan dan Kekurangan Teori Edwin Guthrie
1) Kelebihan
Kelebihan dari teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir
linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa
belajar merupakan proses pembentukan atau shapping yaitu membawa siswa menuju
atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak
bebas berkreasi dan berimajinasi.
2) Kekurangan
Beberapa kelemahan pada teori Guthrie yang menjadi sorotan sekaligus
sebagai kritikan dalam menjelaskan berbagai prinsip dalam belajar (escape
learning dan forgetting). Guthrie melakukan pendekatan dengan prinsip yang sama
sehingga psikolog lainnya sulit menemukan posisi Guthrie dalam jajaran ahli
psikolog. Muller dan Schoenfeld (1954) juga mengungkapkan bahwa Guthrie
kurang menggunakan metodologi eksperimen dalam banyak hal dengan menggunakan
alasan/dalil yang ambigu, yakni banyak mengandalkan hasil dari teori belajar
tersebut, sehingga teori yang dihasilkan tersebut sulit di aplikasikan dalam
fakta pendidikan langsung.
Selain itu juga disampaikan oleh Moore dan Stuard (1979) bahwa
percobaan yang dilakukan Guthrie masih diragukan karena menggunkana hewan yakni
kucing piaraan dan kucing hias dan lebih menunjukan fakta insting (instinctive)
dari hewan tersebut. Jadi Guthrie masih memiliki beberapa kelemahan yang cukup
mendasar dalam berbagai penelitiannya. Sedangkan hasil penelitiannya dengan
Horton tentang kucing perlu dikembangkan untuk dikaji kembali, dengan
menerapkan teori tersebut pada hewan-hewan selain kucing.
3. Jika Teori Guthrie Diimplementasikan Dalam Pendidikan di Indonesia
Jika teori Guthrie diimplementasikan dalam pendidikan di Indonesia, maka
beberapa hal dibawah ini yang juga di sarankan oleh Guthrie sendiri yaitu :
a) Guru harus
dapat mengarahkan performa siswa akan menjadi apa ketika mempelajari sesuatu.
Dengan kata lain, apakah stimuli yang ada dalam buku atau pelajaran yang
menyebabkan siswa melakukan belajar.
b) Oleh karena
itu, jika siswa mencatat atau membaca buku secara sederhana mereka dapat
mengingat lebih banyak informasi. Maka dalam hal ini buku akan menjadi stimuli
yang dapat digunakan sebagai perangsang untuk menghafal pelajaran.
c) Dalam
mengelola kelas, guru dianjurkan untuk tidak memberikan perintah yang secara
langsung akan menyebabkan siswa menjadi tidak taat terhadap peraturan kelas.
Misalnya permintaan guru agar siswa tenang jika diikuti oleh kegaduhan dalam
kelas akan menjadi tanda (memunculkan stimuli) bagi munculnya perilaku
distruptif.
F. Jean Piaget
1. Teori Belajar Menurut Jean Piaget
Teori belajar atau teori perkembangan mental Piaget biasa juga
disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori
belajar yang dikemukakan Piaget berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar,
yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa.
proses kognitif menerima memungkinkan siswa untuk menempatkan suatu informasi
pada suatu jaringan kognitif sehingga struktur kognitif tersebut semakin kaya,
sementara proses kognitif menantang memungkinkan jaringan struktur kognitif
yang ada semakin kuat hubungannya. Setiap tahap
perkembangan intelektual tersebut dilengkapi dengan ciriciri tertentu dalam
mengonstruksi pengetahuan. Misalnya pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerak atau perbuatan.
Dalam kaitannya dengan teori belajar konstruksivisme, Piaget yang dikenal
sebagai konstruksivis pertama pengetahuan dibangun dalam pikiran anak. Lebih
jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh
seseorang, akan tetapi melalui tindakan. Perkembangan kognitif anak bahkan
bergantung kepada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya. Adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui proses
asimilasi dan akomodasi .
Pandangan dari kalangan konstruksivisme yang lebih muktahir, yang
dikembangkan dari teori Piaget menyatakan bahwa pengetahuan dibangun dalam
pikiran seorang dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan schemata
yang dimilikinya. Dalam hal ini, belajar merupakan proses aktif untuk
mengembangkan schemata sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring labalaba
dan bukan sekedar tersusun secara hierarkis. Belajar merupakan proses membangun
atau mengonstruksi pemahaman sesuai dengan kemampuan yang dimiliki seseorang.
Dari pengertian diatas, dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu aktivitas
yang berlangsung secara interaktif antara faktor intern pada diri pembelajar
dengan faktor ekstern atau lingkungan sehingga melahirkan suatu perubahan
tingkah laku.
2. Kelebihan dan Kekurangan Teori Jean Piaget
1)
Kelebihan
Kelebihan Piaget adalah kejeniusannya dalam mengobservasi anak.
Observasi-observasinya yang sangat teliti telah mendemonstrasikan langkah baru dalam
menemukan bagaimana anak-anak berperilaku dan beradaptasi dengan perkembangan,
seperti perpindahan dari tahap pemikiran praoperasional menuju operasional
konkret (Haith dan Benson, dalam Santrock: 2007).
2) Kekurangan
Kelemahan
teori Piaget ini adalah setiap umur tidak bisa menjadi patokan utama seseorang
berada pada tahap tertentu karena tergantung dari ciri perkembangan setiap
individu yang bersangkutan. Bisa saja seorang anak akan mengalami tahap
praoperasional lebih lama dari pada anak yang lainnya sehingga umur bukanlah
patokan utama. Hal ini dibuktikan oleh penelitian McGarrigle dan Donalson
(1974). Pada sebuah studi klasik, McGarrigle dan Donalson (1974) menyatakan
bahwa anak sudah mampu memahami konservasi (conservation) dalam usia
yang lebih muda daripada usia yang diyakini oleh Piaget. Studi lain yang
mengkritik teori Piaget yaitu bahwa anak-anak baru mencapai pemahaman tentang
objek permanence pada usia di atas 6 bulan. Balillargeon dan De Vos (1991),
anak diamati sampai mereka berusia 18 tahun dan diuji dengan berbagai tugas
operasional formal berdasarkan tugas-tugas yang dipakai Piaget, termasuk
pengujian hipotesa. Mayoritas anak-anak itu memang belum mencapai tahap
operasional formal. Hal ini sesuai dengan studi-studi McGarrigle dan Donaldson
serta Baillargeon dan DeVos, yang menyatakan bahwa Piaget terlalu meremehkan
kemampuan anak-anak kecil dan terlalu menilai tinggi kemampuan anak-anak yang
lebih tua. Dan belum lama ini, Bradmetz (1999) menguji pernyataan Piaget bahwa
mayoritas anak mencapai formal pada akhir masa kanak-kanak.
3. Jika Teori Piaget Diimplementasikan Dalam Pendidikan di Indonesia
Jika
teori ini diimplementasikan di Indonesia maka :
a) Guru
harus mengerti cara berpikir anak, bukan sebaliknya anak yang beradaptasi
dengan guru.
b) Agar
pembelajaran yang berpusat pada anak berlangsung efektif. Metode yang baik
digunakan adalah dengan menemukan (discovery).
c) Tidak
menghukum siswa jika menjawab pertanyaan yang salah.
d) Menekankan
kepada para siswa agar mau menciptakan pertanyaa-pertanyaan dari
permasalahan yang ada serta pemecahan permasalahannya.
e) Membimbing
siswa dalam menemukakan dan menyelesaikan masalahnya sendiri.
f) Menghindari
istilah-istilah teknis.
g) Menggunakan
bahasa yang sesuai dengan cara berpikir anak karena Bahasa dan cara berpikir
anak berbeda dengan orang dewasa.
h) Menganjurkan
para siswa berpikir dengan cara mereka sendiri.
i)
Memilih
pendekatan yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
j)
Bahan yang harus
dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
k) Memberi
peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. Di beri peluang untuk
berbicara dan
diskusi dengan temannya.
G. Jerome S Brunner
1. Teori belajar Brunner
Dasar
pemikiran teori Bruner memandang bahwa manusia sebagai pemroses, pemikir dan
pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang
memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang
diberikan kepada dirinya.
Ada tiga
proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu (1) proses perolehan
informasi baru, (2) proses mentransformasikan informasi yang diterima dan (3)
menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Menurut Bruner (dalam
Hudoyo,1990:48) belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan
struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari,
serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika
itu. Bruner, melalui teorinya itu, mengungkapkan bahwa dalam proses belajar
anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang
dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa dalam memahami suatu
konsep matematika.
Dengan
demikian agar pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan intelektual anak
dalam mempelajari sesuatu pengetahuan (misalnya suatu konsep matematika), maka
materi pelajaran perlu disajikan dengan memperhatikan tahap perkembangan
kognitif/pengetahuan anak agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam
pikiran (struktur kognitif) orang tersebut. Proses internalisasi akan terjadi
secara sungguh-sungguh (yang berarti proses belajar terjadi secara optimal)
jika pengetahuan yang dipelajari itu dipelajari dalam tiga model tahapan yaitu
model tahap enaktif, model ikonik dan model tahap simbolik.
1) Model Tahap
Enaktif
Dalam tahap
ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlibat
dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek. Pada tahap ini anak belajar sesuatu
pengetahuan dimana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan
benda-benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata, pada penyajian ini
anak tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata.
2) Model Tahap
Ikonik
Tahap
ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan dimana pengetahuan
itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual
imaginery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan kongkret yang
terdapat pada tahap enaktif. Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan
berdasarkan pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui
serangkaian gambar-gambar atau grafik yang dilakukan anak, berhubungan dengan
mental yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya.
3) Model Tahap
Simbolis
Dalam tahap ini bahasa adalah pola
dasar simbolik, anak memanipulasi simbul-simbul atau lambang-lambang objek
tertentu. Pada tahap simbolik ini, pembelajaran direpresentasikan dalam bentuk
simbol-simbol abstrak (abstract symbols), yaitu simbol-simbol arbiter yang
dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan,
baik simbol-simbol verbal (misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat),
lambang-lambang matematika, maupun lambang-lambang abstrak yang lain.
2. Kelebihan dan Kekurangan Brunner
1) Kelebihan
a) Belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah
bermakna.
b) Pengetahuan yang diperoleh si belajar akan tertinggal lama dan
mudah diingat.
c) Belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah sebab
yang diinginkan dalam belajar agar si belajar dapat mendemonstrasikan
pengetahuan yang diterima.
d) Transfer dapat ditingkatkan di mana generalisasi telah ditemukan
sendiri oleh si belajar daripada disajikan dalam bentuk jadi.
e) Penggunaan belajar penemuan mungkin mempunyai pengaruh dalam
menciptakan motivasi belajar.
2) Kekurangan
a) Belajar Penemuan ini memerlukan kecerdasan anak yang tinggi. Bila
kurang cerdas, hasilnya kurang efektif.
b) Teori belajar seperti ini memakan waktu cukup lama dan kalau kurang
terpimpin atau kurang terarah dapat menyebabkan kekacauan dan kekaburan atas
materi yang dipelajari.
3. Jika Teori Brunner Diimplementasikan Dalam Pendidikan Di Indonesia
Anak
belajar melalui pengalaman. Dengan itu guru perlu menyediakan peluang
untuk anak menroka, memegang, mencium dan merasa. Pengalaman seperti ini
mewujudkan proses pembelajaran yang bermakna. Bagi anak-anak di Tahap Satu,
gambar, cartu kata dan objek perlu digunakan bagi memudahkan pembentukan konsep. Bagi
anak-anak Tahun Enam ke atas, hukum dan prinsip perlu ditekankan agar
murid-murid berupaya mengaplikasikannya dalam proses penyelesaian masalah.
Bruner juga menekankan pembelajaran yang terhasil daripada interaksi anak
dengan guru, interaksi dengan anak-anak lain dan interaksi dengan bahan
pengajaran. Maka kerja berkumpulan dan sesi perbincangan perlu diadakan dari
masa ke semasa. Penglibatan anak-anak penting agar
mereka dapat menikmati pembelajaran bermakna. Pengetahuan juga perlu disusun
dan diperingkatkan agar pembentukan konsep bermula daripada peringkat yang
mudah kepada peringkat yang rumit. Ini bermakna guru perlu memeringkatkan isi
pelajaran.
Bruner juga
menekankan motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Ini bermakna guru perlu
memberi ganjaran dan pujian apabila sesuatu tingkahlaku yang diingini
dilakukan. Kesediaan belajar juga ditekankan oleh Bruner. Dengan itu, guru
perlu mengambil kira kesediaan belajar anak-anak ketika merancang proses
pengajarannya. Sementara itu, nilai-nilai murni seperti bekerjasama, bertolak
ansur dan tolong-menolong akan dapat dipupuk dalam aktiviti pengumpulan
maklumat projek dan perbincangan.
H. Robert M Gagne
1. Teori belajar menurut Robert M Gagne
Asumsi yang
mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat
penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari
pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan
informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk
hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara
kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi
internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil
belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi
eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam
proses pembelajaran.
Menurut
Gagne belajar dapat dikategorikan sebagai berikut :
1) Verbal
information (informasi verbal)
2) Intellectual
Skill (skil Intelektual)
3) Attitude
perilaku)
4) Cognitive
strategi (strategi kognitif)
Menurut
Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1)
motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan
kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.
2. Kelebihan dan Kekurangan Teori Robert M Gagne
1) Kelebihan
a) Gagne disebut
sebagai modern noebehaviouristik mendorong guru untuk merencanakan pembelajaran
agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi.
b) Sangat cocok untuk memperoleh
kemampuan yang membutuhkan praktek dan kebiasaan yang mengandung unsur-unsur
seperti kecepatan spontanitas kelenturan reflek, dan daya tahan.
2) Kekurangan
a) Pembelajaran siswa
yang berpusat pada guru (teacher centered learning), dimana guru bersifat
otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa
yang harus dipelajari murid.
b) Bersifat meanistik.
c) Hanya berorientasi
pada hasil yang diamati dan diukur .
d) Murid hanya
mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar
dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
3. Jika Teori Gagne diimplementasikan dalam pendidikan di indonesia
Dalam
pembelajaran menurut Gagne peranan guru lebih banyak membimbing
peserta didik, guru dominan sekali peranannya dalam membimbing peserta didik. Di
dalam mengajar memberikan serentetan kegiatan dengan urutan sebagai berikut :
peserta didik, guru dominan sekali peranannya dalam membimbing peserta didik. Di
dalam mengajar memberikan serentetan kegiatan dengan urutan sebagai berikut :
a) Membangkitkan
dan memelihara perhatian
b) Merangsang
siswa untuk mengingat kembali konsep, aturan dan keterampilan yang relevan
sebagai prasyarat
c) Menyajikan
situasi atau pelajaran baru
d)
Memberikan bimbingan belajar
e)
Memberikan Feedback atau balikan
f)
Menilai hasil belajar.
g)
Mengupayakan transfer belajar
h)
Memantapkan apa yang dipelajari
dengan memberikan latihan-latihan untuk menerapkan apa yang telah dipelajari
I. David P. Ausubel
1. Teori Belajar menurut Ausubel
Teori pembelajaran Ausubel merupakan salah satu dari sekian
banyaknya teori pembelajaran yang menjadi dasar dalam cooperative learning. Menurut
Ausubel bahan subjek yang dipelajari siswa mestilah “bermakna” (meaningfull).
Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada
konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur
kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang
telah dipelajari dan diingat siswa. Pembelajaran bermakna adalah suatu proses
pembelajaran di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang
sudah dimiliki seseorang yang sedang melalui pembelajaran.
Pembelajaran bermakna terjadi apabila siswa boleh menghubungkan
fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan subjek itu
mesti sesuai dengan keterampilan siswa dan mesti relevan dengan struktur
kognitif yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, subjek mesti dikaitkan dengan
konsep-konsep yang sudah dimiliki para siswa, sehingga konsep-konsep baru
tersebut benar-benar terserap olehnya. Dengan demikian, faktor
intelektual-emosional siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Cara
pembelajaran bermakna dengan menggunakan Peta Konsep :
1) Pilih suatu
bacaan dari buku pelajaran
2) Tentukan
konsep-konsep yang relevan
3) Urutkan
konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif atau
contoh-contoh.
4) Susun
konsep-konsep tersebut di atas kertas mulai dari konsep yang paling inklusif di
puncak konsep ke konsep yang tidak inklusif di bawah.
5) Hubungkan
konsep-konsep ini dengan kata-kata penghubung sehingga menjadi sebuah peta
konsep.
Faktor-faktor
utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur
kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang
studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif
menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul waktu informasi baru
masuk ke dalam struktur kognitif itu; demikian pula sifat proses interaksi yang
terjadi. Jika struktur kognitif itu stabil, dan diatur dengan baik, maka
arti-arti yang sahih dan jelas atau tidak meragukan akan timbul dan cenderung
bertahan. Tetapi sebaliknya jika struktur kognitif itu tidak stabil, meragukan,
dan tidak teratur, maka struktur kognitif itu cenderung menghambat relajar.
Menurut
Ausubel, seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam sekema
yang telah ia punya. Dalam proses itu seseorang dapat memperkembangkan skema
yang ada atau dapat mengubahnya. Dalam proses belajar ini siswa mengonstruksi
apa yang ia pelajari sendiri. Teori Belajar bermakna Ausuble ini sangat dekat
dengan Konstruktivisme. Keduanya menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan
pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah
dipunyai. Keduanya menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam
konsep atau pengertian yang sudah dipunyai siswa. Keduanya mengandaikan bahwa
dalam proses belajar itu siswa aktif.
2. Kelebihan dan Kekurangan dari Teori Ausubel
1) Kelebihan
a) Informasi yang dipelajari
secara bermakna lebih lama diingat.
b) Informasi yang dipelajari
secara bermakna memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip.
c) Informasi yang dipelajari
secara bermakna mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun telah
terjadi lupa.
2) Kekurangan
a) Informasi yang dipelajari
secara hafalan tidak lama diingat.
b) Jika peserta didik
berkeinginan untuk mempelajari sesuatu tanpa mengaitkan hal yang satu dengan hal yang lain yang sudah
diketahuinya maka baik proses maupun hasil pembelajarannya dapat dinyatakan
sebagai hafalan dan tidak akan bermakna sama sekali baginya.
3. Jika Teori Ausubel Diimplikasikan Dalam Pendidikan di Indonesia
Misalkan
dalam pelajaran matematika, siswa akan mencari angka yang paling mudah di
ingatnya. Contoh soal 1) 89.107.145
(2) 54.918.071
(3) 17.081.945
Untuk dapat mengingat bilangan-bilangan di atas perlu dikaitkan dengan hal
tertentu yang sudah dimengerti siswa. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan adalah : Mengapa bagi sebagian
siswa di Indonesia, bilangan ketiga, yaitu 17.081.945, merupakan bilangan yang
paling mudah diingat? Mengapa bilangan kedua yaitu 54.918.071 merupakan
bilangan yang paling mudah diingat berikutnya? Mengapa bilangan pertama yaitu
89.107.145 merupakan bilangan yang paling sulit diingat atau dipelajari?
Bilangan ketiga, yaitu 17.081.945 merupakan bilangan yang paling mudah
diingat hanya jika bilangan tersebut dikaitkan dengan tanggal Kemerdekaan
RI yang jatuh pada 17 Agustus 1945 (atau 17-08-1945). Namun bilangan ketiga
tersebut, yaitu 17.081.945 akan sulit diingat (dipelajari) jika bilangan itu
tidak dikaitkan dengan tanggal Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Jadi,
proses pembelajaran dimana kita dapat mengaitkan suatu pengetahuan yang baru
(dalam hal ini bilangan 17.081.945) dengan pengetahuan yang lama (dalam
hal ini 17-08-1945, yaitu tanggal Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945) seperti
itulah yang disebut dengan pembelajaran bermakna dan hasilnya diharapkan akan
tersimpan lama.
J. Teori Psikologi Gestalt
1. Teori Belajar Gestalt
Teori ini seringkali disebut Field
Theory atau Insight Full Learning atau Insight Learning (pembelajaran mendalam). Menurut
para ahli psikologi Gestalt, manusia bukan sekedar makhluk reaksi yang hanya
akan berbuat atau bereaksi jika ada perangsang yang mempengaruhinya. Manusia
adalah individu yang merupakan kebulatan jasmani rohani. Sebagai individu,
manusia bereaksi atau berinteraksi dengan dunia luar melalui caranya sendiri.
Secara pribadi, manusia tidak secara langsung bereaksi kepada suatu perangsang
dan tidak pula reaksinya itu dilakukan secara membabi buta atau secara trial
and eror. Reaksi manusia terhadap dunia luar tergantung kepada bagaimana ia
menerima stimuli dan bagaimana serta apa motif-motif yang ada padanya. Manusia
adalah makhluk yang mempunyai kebebasan. Ia bebas memilih cara bagaimana ia
bereaksi distimuli mana yang diterimanya dan mana yang ditolaknya.
Dengan demikian, maka belajar menurut psikologi Gestalt bukan hanya
sekedar asosiasi antara stimulus-stimulus yang makin lama makin kuat karena
adanya latihan-latihan atau ulangan-ulangan. Belajar menurut
psikologi Gestalt terjadi jika ada pengertian (Insight). Insight akan muncul
apabila seseorang setelah beberapa saat mencoba memahami suatu masalah,
tiba-tiba muncul kejelasan, dimengerti maknanya.
Belajar adalah suatu proses penemuan dengan
bantuan pengalaman-pengalaman yang sudah ada. Manusia belajar memahami dunia
sekitarnya dengan jalan mengatur, menyusun kembali pengalaman-pengalamannya
yang banyak dan berserakan menjadi suatu struktur dan kebudayaan yang berarti
dan dipahami olehnya.
Belajar adalah berkenaan dengan keseluruhan individu dan timbul
dari interaksinya yang matang dengan lingkungannya. Melalui interaksi ini,
kemudian tersusunlah bentuk-bentuk persepsi, imajinasi dan pandangan baru,
kesemuanya secara bersama-sama membentuk pemahaman atau wawasan (Insight), yang
bekerja selama individu melakukan pemecahan masalah. Walaupun demikian,
pemahaman (Insight) itu barulah berfungsi kalau ada persepsi atau tanggapan
terhadap masalahnya, memahami kesulitan, unsur-unsur dan tujuannya.
Jadi, secara singkat belajar menurut psikologi Gestalt dapat diterangkan
sebagai berikut: pertama, dalam belajar faktor pemahaman atau pengertian (Insight)
merupakan faktor yang penting. Dengan belajar kita akan dapat memahami atau
mengerti hubungan antara pengetahuan dan pengalaman. Kedua, dalam belajar, pribadi
atau organisme memegang peranan yang sangat sentral. Belajar tidak hanya
dilakukan secara relative-mekanistic, tetapi dilakukan dengan sadar, bermotif
dan bertujuan.
Selain
itu, teori gestalt banyak dipakai dalam proses desain dan
cabang seni rupa lainnya,
karena banyak menjelaskan bagaimana persepsi visual bisa terbentuk. Persepsi
jenis ini bisa terbentuk karena:
1) Kedekatan posisi (proximity)
2)
Kesamaan
bentuk (similiarity)
3)
Penutupan
bentuk
4)
Kesinambungan
pola (continuity)
5)
Kesamaan
arah gerak (common fate)
Faktor inilah yang menyebabkan kita sering bisa merasakan
keteraturan dari pola yang sebenarnya acak. Misalnya saat
seseorang melihat awan, dia dengan mudah bisa menemukan bentuk muka seseorang.
Hal ini disebut pragnan.
2. Kelebihan dan Kekurangan teori Gestalt
1) Kelebihan
a) Menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk
menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi.
b) Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang
memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta
didik. Selain itu, latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui
belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
c) Peserta didik dapat aktif dan dapat menemukan cara belajar yang
sesuai bagi dirinya. Guru berfungsi sebagai mediator, fasilitator dan teman
yang membuat situasi menjadi kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan
dari peserta didik.
2) Kekurangan
a) Pemecahan masalah sangat tergantung kepada pengamatan, apabila dapat melihat situasi dengan
tepat maka masalah
“pencerahan” dan dapat memecahkan masalah itu. Dan
apabila tidak bisa melihat situasi dengan tepat maka yang akan terjadi adalah
ketidakmampuan memecahkan masalah.
b) Bersifat
holistik, molar, subyektif, kognitif , dan fenomenologis.
c) Psikologi
gestalt tergolong nativistik, ia menekankan kemampuan dalam menjelaskan masalah
belajar dan persepsi.
3. Jika Teori Gestalt Diimplementasikan
Dalam Pendidikan di Indonesia
Salah
satu implementasi yaitu adanya transfer
dalam Belajar: yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran
tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan
jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu
untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tatasusunan
yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang
luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum
(generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah
menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi
untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Guthrie berbeda dengan ahli lain yang
melihat faktor punishment, hukuman, memegang peranan penting dalam proses
belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah
tingkah laku sesorang. Saran utama dari teori ini guru harus mampu mengasosiasi
stimulus-respon secara tepat. Siswa harus dibimbing melakukan apa-apa yang
perlu dipelajari, jangan mengabaikan siswa.
Sumber :
Cahyo, Agus N. 2012. Panduan Aplikasi Teori-Teori
Belajar Mengajar. Yogyakarta: Diva Press.
Budiningsih, Asri C. 2005. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Rineka Cipta.
Fußnoten: Teori Belajar Ausubel. http://jessicagarcipuspita.blogspot.com/2013/11/teori-belajar-ausubel.html. 01 Juni 2014. 17.30 WIB.
Tugas ini disusun untuk memenuhi :
Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono, M.Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar