Sabtu, 09 Mei 2015

TEORI-TEORI BELAJAR MENURUT 10 PARA AHLI



A.    Edward Lee Thorndike
1.      Teori Belajar Menurut Edward Lee Thorndike
            Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat, sedangkan respon adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Eksperimen Thorndike ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar. Dari eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui usaha-usaha atau percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning atau selecting and connecting learning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi. Percobaan Thorndike yang terkenal dengan binatang kucing yang telah dilaparkan dan diletakkan di dalam sangkar yang tertutup dan pintunya dapat dibuka secara otomatis apabila kenop yang terletak di dalam sangkar tersebut tersentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori trial and error” atau “selecting and conecting”, yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara mencoba-coba dan membuat salah. Dalam melaksanakan coba-coba ini, kucing tersebut cenderung untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak mempunyai hasil. Setiap respons menimbulkan stimulus yang baru, selanjutnya stimulus baru ini akan menimbulkan respons lagi, demikian selanjutnya, sehingga dapat digambarkan sebagai berikut: S R S1 R1 dst.
            Dalam percobaan tersebut apabila di luar sangkar diletakkan makanan, maka kucing berusaha untuk mencapainya dengan cara meloncat-loncat kian kemari. Dengan tidak tersengaja kucing telah menyentuh kenop, maka terbukalah pintu sangkar tersebut, dan kucing segera lari ke tempat makan. Percobaan ini diulangi untuk beberapa kali, dan setelah kurang lebih 10 sampai dengan 12 kali, kucing baru dapat dengan sengaja menyentuh kenop tersebut apabila di luar diletakkan makanan.
Adapun beberapa ciri – ciri belajar menurut Thorndike, antara lain :
1)      Ada motif pendorong aktivitas
2)      Ada berbagai respon terhadap sesuatu.
3)      Ada aliminasi respon-respon yang gagal atau salah
4)      Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan dari penelitiannya itu.
            Kemudian menurut Thorndike praktek pendidikan harus dipelajari seara ilmiah. Praktek pendidikan harus dihubungkan dengan proses belajar. Menurutnya mengajar yang baik adalah tahu apa yang hendak diajarkan, artinya tahu materi apa yang akan diberikan, respon apa yang akan diharapkan dan kapan harus memberi hadiah/reward. Ada beberapa aturan yang di buat Thorndike berkenaan dengan pengajaran, yaitu:
1)      Perhatikan situasi murid.
2)      Perhatikan respon apa yang diharapkan dari respon tersebut.
3)      Ciptakan hubungan respon tersebut dengan sengaja, jangan mengharapkan hubungan terjadi dengan sendirinya.
4)      Situasi-situasi lain yang sama jaangan diindahkan sekiranya dapat memutuskan hubungan tersebut.
5)      Bila hendak menciptakan hubungan tertentu jangan membuat hubungan – hubungan lain yang sejenis.
6)      Buat hubungan tersebut sedemikian rupa hingga dapat perbuatan nyata.
7)      Ciptakan suasana belajar sedemikian rupa sehingga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Kelebihan dan Kekurangan Teori Edward Lee Thorndike
1)      Kelebihan
      Dengan sering melakukan pengulangan dalam memecahkan suatu permasalahan, anak didik akan memiliki sebuah pengalaman yang berharga. Selain itu dengan adanya sistem  pemberian hadiah, akan membuat anak didik menjadi lebih memiliki kemauan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
2)      Kekurangan
a.       Terlalu memandang manusia sebagai mekanismus dan otomatisme belaka disamakan dengan hewan. Meskipun banyak tingkah laku manusia yang otomatis, tetapi tidak selalu bahwa tingkah laku manusia itu dapat dipengaruhi secara trial and error. Trial and error tidak  berlaku mutlak bagi manusia.
b.      Memandang belajar hanya merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan respon. Sehingga yang dipentingkan dalam belajar ialah memperkuat asosiasi tersebut dengan latihan-latihan, atau ulangan-ulangan yang terus menerus.
c.       Karena belajar berlangsung secara mekanistis, maka pengertian tidak dipandangnya sebagai suatu yang pokok dalam belajar. Mereka mengabaikan pengertian sebagai unsur yang pokok dalam belajar
d.      Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
3.      Jika Teori Thorndike Diimplementasikan Dalam Pendidikan di Indonesia  
a.       Guru harus tahu apa yang akan diajarkan, materi apa yang harus diberikan, respon apa yang diharapkan, kapan harus memberi hadiah atau membetulkan respon. Oleh karena itu tujuan  pendidikan harus dirumuskan dengan jelas.
b.      Tujuan pendidikan harus masih dalam batas kemampuan belajar peserta didik. Dan terbagi dalam unit-unit sedemikian rupa sehingga guru dapat menerapkan menurut bermacam-macam situasi.
c.       Agar peserta didik dapat mengikuti pelajaran, proses belajar harus bertahap dari yang sederhana sampai yang kompleks.
d.      Dalam belajar motivasi tidak begitu penting karena yang terpenting adalah adanya respon yang benar terhadap stimulus.
e.       Peserta didik yang telah belajar dengan baik harus diberi hadiah dan bila belum baik harus segera diperbaiki.
f.       Situasi belajar harus dibuat menyenangkan dan mirip dengan kehidupan dalam masyarakat.
g.      Materi pelajaran harus bermanfaat bagi peserta didik untuk kehidupan anak kelak setelah keluar dari sekolah.
h.      Pelajaran yang sulit, yang melebihi kemampuan anak tidak akan meningkatkan kemampuan  penalarannya.

B.     Lev Semyonovich Vygotsky (Vygotsky)
1.      Teori Belajar Menurut Vygotsky
            Vygotsky lebih menekankan pada peran aspek sosial dalam pengembangan intelektual atau kognitif anak. Vygotsky memandang bahwa kognitif anak berkembang melalui interaksi sosial anak mengalami interaksi dengan orang yang lebih tahu.
            Secara singkat, teori perkembangan sosial berpendapat bahwa interaksi sosial dengan budaya mendahului. Maksudnya dari relasi dengan budaya membuat seorang anak mengalami kesadaran dan perkembangan kognisi. Jadi intinya Vygotsky memusatkan perhatiannya pada hubungan dialektik antara individu dan masyarakat dalam pembentukan pengetahuan. Pengetahuan terbentuk sebagai akibat dari interaksi sosial dan budaya seorang anak. Pengetahuan tersebut terbagi menjadi dua bentuk, yaitu pengetahuan spontan dan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan spontan mempunyai sifat lebih kurang teridentifikasi secara jelas, tidak logis, dan sistematis. Sedangkan pengetahuan ilmiah sebuah pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal dan sifatnya lebih luas, logis, dan sistematis. Kemudian proses belajar adalah sebuah perkembangan dari pengertian spontan menuju pengertian yang lebih ilmiah.
            Vygotsky menekankan bahwa anak-anak secara aktif menyusun pengetahuan mereka. Akan tetapi menurut Vygotsky, fungsi-fungsi mental memiliki koneksi-koneksi sosial. Vygotsky berpendapat bahwa anak-anak mengembangkan konsep-konsep lebih sistematis, logis, dan rasional sebagai akibat dari percakapan dengan seorang penolong yang ahli.
1)      Konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)
Zona Perkembangan Proksimal adalah istilah Vygotsky untuk rangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak seorang diri tetapi dapat diipelajari dengan bantuan dan bimbingan orang dewasa atau anak-anak yang terlatih. Menurut teori Vygotsky, Zona Perkembangan Proksimal merupakan celah antara actual development dan potensial development, dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya. Batas bawah dari ZPD adalah tingkat keahlian yang dimiliki anak yang bekerja secara mandiri. Batas atas adalah tingkat tanggung jawab tambahan yang dapat diterima oleh anak dengan bantuan seorang instruktur. Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan dapat memudahkan perkembangan anak.
2)      Konsep Scaffolding
Scaffolding ialah perubahan tingkat dukungan. Scaffolding adalah istilah terkait perkembangan kognitif yang digunakan Vygotsky untuk mendeskripsikan perubahan dukungan selama sesi pembelajaran, dimana orang yang lebih terampil mengubah bimbingan sesuai tingkat kemampuan anak.Dialog adalah alat yang penting dalam ZPD. Vygotsky memandang anak-anak kaya konsep tetapi tidak sistematis, acak, dan spontan. Dalam dialog, konsep-konsep tersebut dapat dipertemukan dengan bimbingan yang sistematis, logis dan rasional.
3)      Bahasa dan Pemikiran
Menurut Vygotsky, anak menggunakan pembicaraan bukan saja untuk komunikasi sosial, tetapi juga untuk membantu mereka menyelesaikan tugas. Lebih jauh Vygotsky yakin bahwa anak pada usia dini menggunakan bahasa unuk merencanakan, membimbing, dan memonitor perilaku mereka. Vygotsky mengatakan bahwa bahasa dan pikiran pada awalnya berkembang terpisah dan kemudian menyatu. Anak harus menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain sebelum mereka dapat memfokuskan ke dalam pikiran-pikiran mereka sendiri. Anak juga harus berkomunikasi secara eksternal dan menggunakan bahasa untuk jangka waktu yang lama sebelum mereka membuat transisi dari kemampuan bicara ekternal menjadi internal.
2.      Kelebihan dan Kekurangan Teori Vygotsky
1)      Kelebihan Teori Vygotsky
a.       Berpikir. Dalam proses membina pengetahuan baru, murid berpikir untuk menyelesaikan masalah, mencari ide dan membuat keputusan.
b.      Paham. Oleh kerana murid terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan boleh mengaplikasikannya dalam semua situasi.
c.       Ingat. Oleh karena murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan mengingat lebih lama semua konsep yang telah mereka pelajari. Melalui pendekatan ini murid membina sendiri kepahaman mereka. Dengan ini, mereka akan lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
d.      Kemahiran sosial. Kemahiran sosial diperoleh apabila berinteraksi dengan rekan dan guru dalam membina pengetahuan baru.
e.       Senang. Oleh karena mereka terlibat secara terus-menerus, mereka paham, ingat , yakin, dan berinteraksi dengan sehat, maka mereka akan merasa lebih senang belajar dalam membina pengetahuan baru.
2)      Kekurangan teori Vygotsky
a.       Dapat dilihat bahwa dalam proses pembelajarannya, peran guru sebagai pendidik sepertinya kurang begitu mendukung.
b.      Cakupan makna yang dipelajari menjadi lebih luas dan sulit untuk dipahami.
c.       Kesadaran terlihat dalam suatu cara yang intelektualistis. Tidak ada tempat untuk emosi dan motivasi.
d.      Generalisasi dari proses perkembangan terbatas pada fungsi-fungsi interaksi dan komunikasi verbal. Inilah sebabnya maka Vygotsky disebut seorang idealis.
e.       Kurangnya data empiris yang menyokong hipotesisnya. Psikologi anak yang mutakhir di Rusia mencoba mengatasi kekurangan-kekurangan ini.
3.      Jika Teori Vygotsky Diimplementasikan Dalam Pendidikan Di Indonesia
            Jika diimplementasikan di Indonesia, teori Vygotsky ini menuntut pada penekanan interaksi antara peserta didik dan tugas-tugas belajar. Mengedepankan suatu proses belajar dimana siswa lebih berperan aktif. Dengan demikian peran guru lebih bergeser lebih menjadi fasilitator konstruksi siswa menggunakan zone of proximal development. Dengan penyesuaian terus menerus banyak menggunakan teman sebaya sebagai guru. Artinya bahwa memang bukan hanya orang dewasa yang mampu membantu seorang anak dalam perkembangan kognitifnya. Karena faktanya memang bahasa teman sebaya lebih mudah untuk dipahami dalam interaksinya.

C.    Ivan Petrovich Pavlov
1.      Teori Belajar Menurut Ivan Pavlov
            Penemuan Pavlov yang sangat menetukan dalam sejarah psikologi adalah hasil penyelidikannya tentang refleks berkondisi (conditioned reflex). Dengan penemuannya ini Pavlov meletakkan dasar-dasar behaviorisme, sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi penelitian-penelitian mengenai proses belajar dan pengembangan teori-teori tentang belajar.
     Adapun jalannya eksperimen tentang refleks berkondisi yang dilakukan Pavlov adalah sebagai berikut :
            Pavlov menggunakan seekor anjing sebagai binatang percobaan. Anjing itu diikat dan dioperasi pada bagian rahangnya sedemikian rupa, sehingga tiap-tiap air liur yang keluar dapat ditampung dan diukur jumlahnya. Pavlov kemudian menekan sebuah tombol dan keluarlah semangkuk makanan di hadapan anjing percobaan. Sebagai reaksi atas munculnya makanan, anjing itu mengeluarkan air liur yang dapat terlihat dengan jelas pada alat pengukur. Makanan yang keluar disebut sebagai rangsangan tak berkondisi (unconditional stimulus) dan aiu liur yang keluar setelah anjing melihat makanan disebut reflek tak berkondisi (unconditioned reflek), karena setiap anjing akan melakukan reflek yang sama (mengeluarkan air liur) kalau melihat rangsangan yang sama pula (makanan). Kemudian dalam percobaan selanjutnya Pavlov membunyikan sebuah bel setiap kali ia hendak mengeluarkan makan. Dengan demikian anjing akan mendengar bel dahulu sebelum ia melihat makanan muncul di depannya. Percobaan ini dilakukan berkali-kali dan selama itu keluarnya air liur selalu diamati. Mula-mula air liur hanya keluar setelah anjing melihat makanan (refleks tak terkondisi), tetapi lama kelamaan aiu liur sudah keluar pada waktu anjing baru mendengar bel. Keluarnya air liur setelah anjing mendengar bel disebut sebagai reflek berkondisi (conditioned reflex), karena reflek itu merupakan hasil latihan yang terus menerus dan hanya anjing yang sudah mendapat latihan itu saja yang dapat melakukannya. Bunyi bel merupakan rangsang berkondisi (conditioned stimulus). Kalau latihan itu diteruskan, maka pada waktu keluarnya aiu liur setelah anjing mendengar bunyi bel akan tetap terjadi walaupun tidak ada lagi makanan yang mengikuti bunyi bel itu. Dengan kata lain, refleks berkondisi akan bertahan walaupun rangsang tak berkondisi tidak ada lagi. Pada tingkat yang lebih lanjut, bunyi bel didahului oleh sebuah lampu yang menyala, maka lama kelamaan aiu liur sudah keluar setelah anjing melihat nyala lampu walaupun ia tidak mendengar bel atau melihat makanan sesudahnya. Demikian satu rangsang berkondisi dapat dihubungkan dengan rangsang berkondisi lainnya sehingga binatang percobaan tetap dapat mempertahankan refleks berkondisi walaupun rangsang tak berkondisi tidak lagi diberikan. Tentu saja tidak adanya rangsang tak berkondisi hanya bisa dilakukan sampai pada taraf tertentu, karena kalau terlalu lama tidak ada rangsang tak berkondisi, binatang percobaan itu tidak akan mendapat imbalan (reward) atas refleks yang sudah dilakukannya dan karena itu redleks itu makin lama akan makin menghilang dan terjadilah ekstinksi atau proses penghapusan refleks (extiction).
2.      Kelebihan dan Kekurangan Teori Ivan Pavlov
1)      Kelebihan
a.       Teori ini cocok untuk pembelajaran praktek dan pembiasaan. Teori ini butuh pendampingan dalam pelaksanaannya.
b.      Di   saat   individu   tidak  menyadari  bahwa   ia  dikendalikan  oleh   stimulus  yang berasal  dari   luar  dirinya,  akan  memudahkan  pendidik  dalam  melakukan  pembelajaran terhadap anak didik tersebut.
2)      Kekurangan
a.       Teori ini kurang memperhatikan stimulus dari luar.
b.      Jika  ini  dilakukan  secara   terus-menerus  maka  ditakutkan  murid  akan  memiliki rasa ketergantungan atas stimulus yang berasal dari luar dirinya. Padahal seharusnya anak didik harus memiliki stimulus dari dirinya sendiri dalam melakukan kegiatan belajar dan kegiatan pemahaman.
c.       Tanpa  adanya  sistem  hukuman  akan  dimungkinkan  akan  dapat  membuat  anak didik  menjadi   kurang  mengerti   tentang   sebuah   kedisiplinan.   hal   tersebuat   akan menyulitkan   lancarnya   kegiatan   belajar-mengajar.   Dengan  melaksanakan  mastery  learning, tugas guru akan menjadi semakin berat.
3.      Jika Teori Ivan Pavlov Diimplementasikan Dalam Pendidikan di Indonesia
            Jika diimplementasikan teori ini di Indonesia, karena dengan adanya stimulus berupa hadiah (reward) yang diberikan kepada peserta didik dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, sehingga siswa lebih tertarik pada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh , tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatianya terutama pada guru, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol oleh    lingkungan. Contohnya yaitu pada awal tatap muka antara guru dan murid dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru menunjukkan sikap yang ramah dan memberi pujian terhadap murid-muridnya, sehingga para murid merasa terkesan dengan sikap yang ditunjukkan gurunya.


D.    Burrhus Frederic Skinner
1.      Teori Belajar Menurut B.F. Skinner
            Teori ini dilandasi oleh adanya penguatan (reinforcement). Berbeda dengan Pavlov yang diberi kondisi adalah stimulus (S) nya, maka pada teori ini yang diberi adalah respon (R) nya. Sebagai seorang behavioris, kemunculan Skinner mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana dan lebih komprehensif. Objek penelitiannya, yaitu seekor tikus dan burung merpati.
            Skinner lebih percaya kepada kepada penguatan negatif (negative reinforcement). Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Bedanya, jika hukuman harus diberikan sebagai stimulus agar respon yang timbul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif dari stimulus harus dikurangi agar respon yang sama menjadi lebih kuat. Misalnya, jika sesuatu yang kurang disukai siswa
2.      Kelebihan dan Kekurangan Teori Skinner
1)      Kelebihan
      Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.
2)      Kekurangan
      Tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat. Beberapa kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.
3.      Jika Teori Skinner diimplementasikan dalam pendidikan di Indonesia
Implementasi teori Skinner dalam pendidikan di Indonesia
1)      Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
2)       Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
3)      Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
4)      Materi pelajaran digunakan sistem modul.
5)      Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostik.
6)      Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
7)      Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.
8)      Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.
Misalkan dalam pembelajaran matematika, Seorang siswa diberi soal sederhana dan siswa dapat menyelesaikannya sendiri. Guru memuji siswa karena telah berhasil menyelesaikan soal tersebut. Dengan peristiwa ini siswa merasa yakin atas kemampuannya, sehingga timbul respon mempelajari pelajaran berikutnya yang sesuai atau lanjutan apa yang dapat dia selesaikan tadi. Selanjutnya dikatakan bahwa pada umumnya stimulus yang demikian pada umumnya mendahului respon yang ditimbulkan. Belajar dengan respondent conditioning ini hanya efektif jika suatu respon timbul karena kehadiran stimulus tertentu.
E.     Edwin Guthrie
1.      Teori Belajar menurut Edwin Guthrie
            Hukum belajar yang dihasilkan dari penyelidikannya adalah Law Of Contiguity atau hukum hubungan. Gabungan stimulus-stimulus yang disertai dengan gerakan, pada waktu timbul akan cenderung diikuti gerakan yang sama. Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan pada saat yang sama tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon baru.
            Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara. Oleh karena itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan antara S dengan R bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie berbeda dengan ahli lain yang melihat faktor punishment, hukuman, memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku sesorang. Saran utama dari teori ini guru harus mampu mengasosiasi stimulus-respon secara tepat. Siswa harus dibimbing melakukan apa-apa yang perlu dipelajari, jangan mengabaikan siswa.
2.      Kelebihan dan Kekurangan Teori Edwin Guthrie
1)      Kelebihan
      Kelebihan dari teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shapping yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.
2)      Kekurangan
      Beberapa kelemahan pada teori Guthrie yang menjadi sorotan sekaligus sebagai kritikan dalam menjelaskan berbagai prinsip dalam belajar (escape learning dan forgetting). Guthrie melakukan pendekatan dengan prinsip yang sama sehingga psikolog lainnya sulit menemukan posisi Guthrie dalam jajaran ahli psikolog. Muller dan Schoenfeld (1954) juga mengungkapkan bahwa Guthrie kurang menggunakan metodologi eksperimen dalam banyak hal dengan menggunakan alasan/dalil yang ambigu, yakni banyak mengandalkan hasil dari teori belajar tersebut, sehingga teori yang dihasilkan tersebut sulit di aplikasikan dalam fakta pendidikan langsung.
      Selain itu juga disampaikan oleh Moore dan Stuard (1979) bahwa percobaan yang dilakukan Guthrie masih diragukan karena menggunkana hewan yakni kucing piaraan dan kucing hias dan lebih menunjukan fakta insting (instinctive) dari hewan tersebut. Jadi Guthrie masih memiliki beberapa kelemahan yang cukup mendasar dalam berbagai penelitiannya. Sedangkan hasil penelitiannya dengan Horton tentang kucing perlu dikembangkan untuk dikaji kembali, dengan menerapkan teori tersebut pada hewan-hewan selain kucing.
3.      Jika Teori Guthrie Diimplementasikan Dalam Pendidikan di Indonesia
      Jika teori Guthrie diimplementasikan dalam pendidikan di Indonesia, maka beberapa hal dibawah ini yang juga di sarankan oleh Guthrie sendiri yaitu :
a)      Guru harus dapat mengarahkan performa siswa akan menjadi apa ketika mempelajari sesuatu. Dengan kata lain, apakah stimuli yang ada dalam buku atau pelajaran yang menyebabkan siswa melakukan belajar.
b)      Oleh karena itu, jika siswa mencatat atau membaca buku secara sederhana mereka dapat mengingat lebih banyak informasi. Maka dalam hal ini buku akan menjadi stimuli yang dapat digunakan sebagai perangsang untuk menghafal pelajaran.
c)      Dalam mengelola kelas, guru dianjurkan untuk tidak memberikan perintah yang secara langsung akan menyebabkan siswa menjadi tidak taat terhadap peraturan kelas. Misalnya permintaan guru agar siswa tenang jika diikuti oleh kegaduhan dalam kelas akan menjadi tanda (memunculkan stimuli) bagi munculnya perilaku distruptif.  
F.     Jean Piaget
1.      Teori Belajar Menurut Jean Piaget
            Teori belajar atau teori perkembangan mental Piaget biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar yang dikemukakan Piaget berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. proses kognitif menerima memungkinkan siswa untuk menempatkan suatu informasi pada suatu jaringan kognitif sehingga struktur kognitif tersebut semakin kaya, sementara proses kognitif menantang memungkinkan jaringan struktur kognitif yang ada semakin kuat hubungannya. Setiap tahap perkembangan intelektual tersebut dilengkapi dengan ciri­ciri tertentu dalam mengonstruksi pengetahuan. Misalnya pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerak atau perbuatan.
            Dalam kaitannya dengan teori belajar konstruksivisme, Piaget yang dikenal sebagai konstruksivis pertama pengetahuan dibangun dalam pikiran anak. Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, akan tetapi melalui tindakan. Perkembangan kognitif anak bahkan bergantung kepada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi .
            Pandangan dari kalangan konstruksivisme yang lebih muktahir, yang dikembangkan dari teori Piaget menyatakan bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan schemata yang dimilikinya. Dalam hal ini, belajar merupakan proses aktif untuk mengembangkan schemata sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring laba­laba dan bukan sekedar tersusun secara hierarkis. Belajar merupakan proses membangun atau mengonstruksi pemahaman sesuai dengan kemampuan yang dimiliki seseorang. Dari pengertian diatas, dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor intern pada diri pembelajar dengan faktor ekstern atau lingkungan sehingga melahirkan suatu perubahan tingkah laku.
2.      Kelebihan dan Kekurangan Teori Jean Piaget
1)      Kelebihan
      Kelebihan Piaget adalah kejeniusannya dalam mengobservasi anak. Observasi-observasinya yang sangat teliti telah mendemonstrasikan langkah baru dalam menemukan bagaimana anak-anak berperilaku dan beradaptasi dengan perkembangan, seperti perpindahan dari tahap pemikiran praoperasional menuju operasional konkret (Haith dan Benson, dalam Santrock: 2007).
2)      Kekurangan
      Kelemahan teori Piaget ini adalah setiap umur tidak bisa menjadi patokan utama seseorang berada pada tahap tertentu karena tergantung dari ciri perkembangan setiap individu yang bersangkutan. Bisa saja seorang anak akan mengalami tahap praoperasional lebih lama dari pada anak yang lainnya sehingga umur bukanlah patokan utama. Hal ini dibuktikan oleh penelitian McGarrigle dan Donalson (1974). Pada sebuah studi klasik, McGarrigle dan Donalson (1974) menyatakan bahwa anak sudah mampu memahami konservasi (conservation) dalam usia yang lebih muda daripada usia yang diyakini oleh Piaget. Studi lain yang mengkritik teori Piaget yaitu bahwa anak-anak baru mencapai pemahaman tentang objek permanence pada usia di atas 6 bulan. Balillargeon dan De Vos (1991), anak diamati sampai mereka berusia 18 tahun dan diuji dengan berbagai tugas operasional formal berdasarkan tugas-tugas yang dipakai Piaget, termasuk pengujian hipotesa. Mayoritas anak-anak itu memang belum mencapai tahap operasional formal. Hal ini sesuai dengan studi-studi McGarrigle dan Donaldson serta Baillargeon dan DeVos, yang menyatakan bahwa Piaget terlalu meremehkan kemampuan anak-anak kecil dan terlalu menilai tinggi kemampuan anak-anak yang lebih tua. Dan belum lama ini, Bradmetz (1999) menguji pernyataan Piaget bahwa mayoritas anak mencapai formal pada akhir masa kanak-kanak.
3.      Jika Teori Piaget Diimplementasikan Dalam Pendidikan di Indonesia
Jika teori ini diimplementasikan di Indonesia maka :
a)      Guru harus mengerti cara berpikir anak, bukan sebaliknya anak yang beradaptasi dengan guru.
b)      Agar pembelajaran yang berpusat pada anak berlangsung efektif. Metode yang baik digunakan adalah dengan menemukan (discovery).
c)      Tidak menghukum siswa jika menjawab pertanyaan yang salah.
d)     Menekankan kepada para siswa agar mau menciptakan pertanyaa-pertanyaan  dari permasalahan yang ada serta pemecahan permasalahannya.
e)      Membimbing siswa dalam menemukakan dan menyelesaikan masalahnya sendiri.
f)       Menghindari istilah-istilah teknis.
g)      Menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berpikir anak karena Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa.
h)      Menganjurkan para siswa berpikir dengan cara  mereka sendiri.
i)        Memilih pendekatan yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
j)        Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
k)      Memberi peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. Di beri peluang untuk berbicara dan diskusi dengan temannya.

G.    Jerome S Brunner
1.      Teori belajar Brunner
            Dasar pemikiran teori Bruner memandang bahwa manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan kepada dirinya.
            Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu (1) proses perolehan informasi baru, (2) proses mentransformasikan informasi yang diterima dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Menurut Bruner (dalam Hudoyo,1990:48) belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu. Bruner, melalui teorinya itu, mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa dalam memahami suatu konsep matematika.
            Dengan demikian agar pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan intelektual anak dalam mempelajari sesuatu pengetahuan (misalnya suatu konsep matematika), maka materi pelajaran perlu disajikan dengan memperhatikan tahap perkembangan kognitif/pengetahuan anak agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang tersebut. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang berarti proses belajar terjadi secara optimal) jika pengetahuan yang dipelajari itu dipelajari dalam tiga model tahapan yaitu model tahap enaktif, model ikonik dan model tahap simbolik.
1)      Model Tahap Enaktif
      Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek. Pada tahap ini anak belajar sesuatu pengetahuan dimana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata, pada penyajian ini anak tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata.
2)      Model Tahap Ikonik
      Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan dimana pengetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imaginery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan kongkret yang terdapat pada tahap enaktif. Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik yang dilakukan anak, berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya.
3)      Model Tahap Simbolis
      Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi simbul-simbul atau lambang-lambang objek tertentu. Pada tahap simbolik ini, pembelajaran direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak (abstract symbols), yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan, baik simbol-simbol verbal (misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat), lambang-lambang matematika, maupun lambang-lambang abstrak yang lain.
2.      Kelebihan dan Kekurangan Brunner
1)      Kelebihan
a)      Belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah bermakna.
b)      Pengetahuan yang diperoleh si belajar akan tertinggal lama dan mudah diingat.
c)      Belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah sebab yang diinginkan dalam belajar agar si belajar dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang diterima.
d)     Transfer dapat ditingkatkan di mana generalisasi telah ditemukan sendiri oleh si belajar daripada disajikan dalam bentuk jadi.
e)      Penggunaan belajar penemuan mungkin mempunyai pengaruh dalam menciptakan motivasi belajar.
2)      Kekurangan
a)      Belajar Penemuan ini memerlukan kecerdasan anak yang tinggi. Bila kurang cerdas, hasilnya kurang efektif.
b)      Teori belajar seperti ini memakan waktu cukup lama dan kalau kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menyebabkan kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajari.
3.      Jika Teori Brunner Diimplementasikan Dalam Pendidikan Di Indonesia
            Anak  belajar melalui pengalaman. Dengan itu guru perlu menyediakan peluang untuk anak menroka, memegang, mencium dan merasa. Pengalaman seperti ini mewujudkan proses pembelajaran yang bermakna. Bagi anak-anak di Tahap Satu, gambar, cartu kata dan objek perlu digunakan bagi memudahkan pembentukan konsep. Bagi anak-anak  Tahun Enam ke atas, hukum dan prinsip perlu ditekankan agar murid-murid berupaya mengaplikasikannya dalam proses penyelesaian masalah. Bruner juga menekankan pembelajaran yang terhasil daripada interaksi anak dengan guru, interaksi dengan anak-anak lain dan interaksi dengan bahan pengajaran. Maka kerja berkumpulan dan sesi perbincangan perlu diadakan dari masa ke semasa.            Penglibatan anak-anak penting agar mereka dapat menikmati pembelajaran bermakna. Pengetahuan juga perlu disusun dan diperingkatkan agar pembentukan konsep bermula daripada peringkat yang mudah kepada peringkat yang rumit. Ini bermakna guru perlu memeringkatkan isi pelajaran.
            Bruner juga menekankan motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Ini bermakna guru perlu memberi ganjaran dan pujian apabila sesuatu tingkahlaku yang diingini dilakukan. Kesediaan belajar juga ditekankan oleh Bruner. Dengan itu, guru perlu mengambil kira kesediaan belajar anak-anak ketika merancang proses pengajarannya. Sementara itu, nilai-nilai murni seperti bekerjasama, bertolak ansur dan tolong-menolong akan dapat dipupuk dalam aktiviti pengumpulan maklumat projek dan perbincangan.

H.    Robert M Gagne
1.      Teori belajar menurut Robert M Gagne
            Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
            Menurut Gagne belajar dapat dikategorikan sebagai berikut :
1)      Verbal information (informasi verbal)
2)      Intellectual Skill (skil Intelektual)
3)      Attitude perilaku)
4)      Cognitive strategi (strategi kognitif)
            Menurut Gagne tahapan  proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) motivasi; (2) pemahaman;  (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali;  (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.
2.      Kelebihan dan Kekurangan Teori Robert M Gagne
1)      Kelebihan
a)      Gagne disebut sebagai modern noebehaviouristik mendorong guru untuk merencanakan pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi. 
b)      Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan kebiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan spontanitas kelenturan reflek, dan daya tahan.
2)      Kekurangan
a)      Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), dimana guru bersifat otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. 
b)      Bersifat meanistik.
c)      Hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur .
d)     Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. 
3.      Jika Teori Gagne diimplementasikan dalam pendidikan di indonesia
            Dalam pembelajaran menurut Gagne peranan guru lebih banyak membimbing
peserta didik, guru dominan sekali peranannya dalam membimbing peserta didik. Di
dalam mengajar memberikan serentetan kegiatan dengan urutan sebagai berikut :
a)      Membangkitkan dan memelihara perhatian
b)      Merangsang siswa untuk mengingat kembali konsep, aturan dan keterampilan yang relevan sebagai prasyarat
c)      Menyajikan situasi atau pelajaran baru
d)     Memberikan bimbingan belajar
e)      Memberikan Feedback atau balikan
f)       Menilai hasil belajar.
g)      Mengupayakan transfer belajar
h)      Memantapkan apa yang dipelajari dengan memberikan latihan-latihan untuk menerapkan apa yang telah dipelajari

I.       David P. Ausubel
1.      Teori Belajar menurut Ausubel
            Teori pembelajaran Ausubel merupakan salah satu dari sekian banyaknya teori pembelajaran yang menjadi dasar dalam cooperative learning. Menurut Ausubel bahan subjek yang dipelajari siswa mestilah “bermakna” (meaningfull). Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa. Pembelajaran bermakna adalah suatu proses pembelajaran di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang melalui pembelajaran.
            Pembelajaran bermakna terjadi apabila siswa boleh menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan subjek itu mesti sesuai dengan keterampilan siswa dan mesti relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, subjek mesti dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah dimiliki para siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar terserap olehnya. Dengan demikian, faktor intelektual-emosional siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Cara pembelajaran bermakna dengan menggunakan Peta Konsep :
1)      Pilih suatu bacaan dari buku pelajaran
2)      Tentukan konsep-konsep yang relevan
3)      Urutkan konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif atau contoh-contoh.
4)      Susun konsep-konsep tersebut di atas kertas mulai dari konsep yang paling inklusif di puncak konsep ke konsep yang tidak inklusif di bawah.
5)      Hubungkan konsep-konsep ini dengan kata-kata penghubung sehingga menjadi sebuah peta konsep.
            Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul waktu informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif itu; demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi. Jika struktur kognitif itu stabil, dan diatur dengan baik, maka arti-arti yang sahih dan jelas atau tidak meragukan akan timbul dan cenderung bertahan. Tetapi sebaliknya jika struktur kognitif itu tidak stabil, meragukan, dan tidak teratur, maka struktur kognitif itu cenderung menghambat relajar.
            Menurut Ausubel, seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam sekema yang telah ia punya. Dalam proses itu seseorang dapat memperkembangkan skema yang ada atau dapat mengubahnya. Dalam proses belajar ini siswa mengonstruksi apa yang ia pelajari sendiri. Teori Belajar bermakna Ausuble ini sangat dekat dengan Konstruktivisme. Keduanya menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai. Keduanya menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai siswa. Keduanya mengandaikan bahwa dalam proses belajar itu siswa aktif.
2.      Kelebihan dan Kekurangan dari Teori Ausubel
1)      Kelebihan
a)      Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat.
b)      Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip.
c)      Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun telah terjadi lupa.
2)      Kekurangan
a)      Informasi yang dipelajari secara hafalan tidak lama diingat.
b)      Jika peserta didik berkeinginan untuk mempelajari sesuatu tanpa mengaitkan hal yang satu dengan hal yang lain yang sudah diketahuinya maka baik proses maupun hasil pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai hafalan dan tidak akan bermakna sama sekali baginya.
3.      Jika Teori Ausubel Diimplikasikan Dalam Pendidikan di Indonesia
            Misalkan dalam pelajaran matematika, siswa akan mencari angka yang paling mudah di ingatnya. Contoh soal 1) 89.107.145
                                                   (2) 54.918.071
                                                   (3) 17.081.945
            Untuk dapat mengingat bilangan-bilangan di atas perlu dikaitkan dengan hal tertentu yang sudah dimengerti siswa. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan adalah : Mengapa bagi sebagian siswa di Indonesia, bilangan ketiga, yaitu 17.081.945, merupakan bilangan yang paling mudah diingat? Mengapa bilangan kedua yaitu 54.918.071 merupakan bilangan yang paling mudah diingat berikutnya? Mengapa bilangan pertama yaitu 89.107.145 merupakan bilangan yang paling sulit diingat atau dipelajari?
            Bilangan ketiga, yaitu 17.081.945 merupakan bilangan yang paling mudah diingat hanya jika bilangan tersebut dikaitkan  dengan tanggal Kemerdekaan RI yang jatuh pada 17 Agustus 1945 (atau 17-08-1945). Namun bilangan ketiga tersebut, yaitu 17.081.945 akan sulit diingat (dipelajari) jika bilangan itu tidak dikaitkan dengan tanggal Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Jadi, proses pembelajaran dimana kita dapat mengaitkan suatu pengetahuan yang baru (dalam  hal ini bilangan 17.081.945) dengan pengetahuan yang lama (dalam hal ini 17-08-1945, yaitu tanggal Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945) seperti itulah yang disebut dengan pembelajaran bermakna dan hasilnya diharapkan akan tersimpan lama.
J.      Teori Psikologi Gestalt
1.      Teori Belajar Gestalt
            Teori ini seringkali disebut Field Theory atau Insight Full Learning atau Insight Learning (pembelajaran mendalam). Menurut para ahli psikologi Gestalt, manusia bukan sekedar makhluk reaksi yang hanya akan berbuat atau bereaksi jika ada perangsang yang mempengaruhinya. Manusia adalah individu yang merupakan kebulatan jasmani rohani. Sebagai individu, manusia bereaksi atau berinteraksi dengan dunia luar melalui caranya sendiri. Secara pribadi, manusia tidak secara langsung bereaksi kepada suatu perangsang dan tidak pula reaksinya itu dilakukan secara membabi buta atau secara trial and eror. Reaksi manusia terhadap dunia luar tergantung kepada bagaimana ia menerima stimuli dan bagaimana serta apa motif-motif yang ada padanya. Manusia adalah makhluk yang mempunyai kebebasan. Ia bebas memilih cara bagaimana ia bereaksi distimuli mana yang diterimanya dan mana yang ditolaknya.
            Dengan demikian, maka belajar menurut psikologi Gestalt bukan hanya sekedar asosiasi antara stimulus-stimulus yang makin lama makin kuat karena adanya latihan-latihan atau ulangan-ulangan. Belajar menurut psikologi Gestalt terjadi jika ada pengertian (Insight). Insight akan muncul apabila seseorang setelah beberapa saat mencoba memahami suatu masalah, tiba-tiba muncul kejelasan, dimengerti maknanya.
            Belajar adalah suatu proses penemuan dengan bantuan pengalaman-pengalaman yang sudah ada. Manusia belajar memahami dunia sekitarnya dengan jalan mengatur, menyusun kembali pengalaman-pengalamannya yang banyak dan berserakan menjadi suatu struktur dan kebudayaan yang berarti dan dipahami olehnya.
            Belajar adalah berkenaan dengan keseluruhan individu dan timbul dari interaksinya yang matang dengan lingkungannya. Melalui interaksi ini, kemudian tersusunlah bentuk-bentuk persepsi, imajinasi dan pandangan baru, kesemuanya secara bersama-sama membentuk pemahaman atau wawasan (Insight), yang bekerja selama individu melakukan pemecahan masalah. Walaupun demikian, pemahaman (Insight) itu barulah berfungsi kalau ada persepsi atau tanggapan terhadap masalahnya, memahami kesulitan, unsur-unsur dan tujuannya.
            Jadi, secara singkat belajar menurut psikologi Gestalt dapat diterangkan sebagai berikut: pertama, dalam belajar faktor pemahaman atau pengertian (Insight) merupakan faktor yang penting. Dengan belajar kita akan dapat memahami atau mengerti hubungan antara pengetahuan dan pengalaman. Kedua, dalam belajar, pribadi atau organisme memegang peranan yang sangat sentral. Belajar tidak hanya dilakukan secara relative-mekanistic, tetapi dilakukan dengan sadar, bermotif dan bertujuan.
            Selain itu, teori gestalt banyak dipakai dalam proses desain dan cabang seni rupa lainnya, karena banyak menjelaskan bagaimana persepsi visual bisa terbentuk. Persepsi jenis ini bisa terbentuk karena:
1)      Kedekatan posisi (proximity)
2)      Kesamaan bentuk (similiarity)
3)      Penutupan bentuk
4)      Kesinambungan pola (continuity)
5)      Kesamaan arah gerak (common fate)
            Faktor inilah yang menyebabkan kita sering bisa merasakan keteraturan dari pola yang sebenarnya acak. Misalnya saat seseorang melihat awan, dia dengan mudah bisa menemukan bentuk muka seseorang. Hal ini disebut pragnan.
2.      Kelebihan dan Kekurangan teori Gestalt
1)      Kelebihan
a)      Menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi.
b)      Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
c)      Peserta didik dapat aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru berfungsi sebagai mediator, fasilitator dan teman yang membuat situasi menjadi kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan dari peserta didik.
2)      Kekurangan
a)      Pemecahan masalah sangat tergantung kepada pengamatan, apabila dapat melihat situasi dengan tepat maka masalah “pencerahan” dan dapat memecahkan masalah itu. Dan apabila tidak bisa melihat situasi dengan tepat maka yang akan terjadi adalah ketidakmampuan memecahkan masalah.
b)      Bersifat holistik, molar, subyektif, kognitif , dan fenomenologis.
c)      Psikologi gestalt tergolong nativistik, ia menekankan kemampuan dalam menjelaskan masalah belajar dan persepsi.

3.      Jika Teori Gestalt Diimplementasikan Dalam Pendidikan di Indonesia
            Salah satu implementasi yaitu adanya transfer dalam Belajar: yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tatasusunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Guthrie berbeda dengan ahli lain yang melihat faktor punishment, hukuman, memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku sesorang. Saran utama dari teori ini guru harus mampu mengasosiasi stimulus-respon secara tepat. Siswa harus dibimbing melakukan apa-apa yang perlu dipelajari, jangan mengabaikan siswa.
Sumber : 
       Cahyo, Agus N. 2012. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar. Yogyakarta: Diva Press. 
       Budiningsih, Asri C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
       TEORI GESTALT ~ Anii Blogspot. http://anii88.blogspot.com/2011/11/teori-gestalt.html. 07 Juni 2014. 13.00 WIB. 
       Fußnoten: Teori Belajar Ausubel. http://jessicagarcipuspita.blogspot.com/2013/11/teori-belajar-ausubel.html. 01 Juni 2014. 17.30 WIB.  

Tugas ini disusun untuk memenuhi :
Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono, M.Pd


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar